mar dan semut-semut di penghujung mata
lain kali berjalanlah lebih lambat
kamu telah menghadirkan tubuhmu ke dalam mimpi-mimpiku yang sangat aneh dan ganjil akhir-akhir ini. hampir setiap harinya aku menemukan langkah-langkahmu membangunkan pagi sebelum kamu beranjak dari tempat tidurmu. aku hanya mampu memilin mata, hidung, bibir, dan helai-helai rambutmu untuk menjadi keutuhan penuh namamu. namun aku tak pernah berhasil menguraikan mimpi-mimpiku sendiri dan tubuhmu semakin menyerupai hantu di sebuah kegelapan. sementara sentuhan-sentuhan ditanganmu begitu rikuh untuk mencapai bibirku yang kering. kecupmu hanya dapat menggapai pundakku dengan jari-jarimu yang panjang dan fasih menuliskan gerimis-gerimis kecil kepada salah satu perempuanmu. tapi kita pernah berpura-pura untuk lupa atau memang lupa tentang waktu dan kecemasan. membiarkannya untuk sedikit tak menghiraukan dan menunggu hingga pekatnya pijar di langit perlahan menepi. kita memutuskan untuk tetap berjalan dan sejenak mematikan perbincangan tombol-tombol televisi di atas kepalamu yang begitu tamak dengan kebisingan kota saat itu.
waktu hampir menggigil dan pagi ini kita pun terbangun. lebih sialnya, terjebak oleh rutinitas. tak ada selamat pagi. barangkali jalanan pagi ini masih menyimpan sisa tubuhmu semalam; kita pernah begitu asing dan lekat di bawah sunyi yang lembab.