aku tak memintamu untuk menjadi setia, kali ini, kekasihku. meski aku akan selalu merindukanmu untuk sekedar menyisir lamban rambutku atau mengecup keningku di pagi hari buta saat tubuhku masih berselimut sisa peluhmu. tidak untuk setia, kekasihku. aku telah mengenal dirimu jauh sebelum kau mengenalku saat ini. ya, kau tahu itu. sementara aku telah memaksa dirimu untuk segera di palungkan. namun kudapati hari ini aku sedang menyusun kembali beberapa buku ke dalam rak yang berserakkan di lantai kamarku. dan astaga! tuhan memarahiku di antara rak berjejer buku-buku itu dan berkata; tak ada yang lebih esa daripada-ku. tak ada yang lebih setia daripada-ku. iya iya. aku menjawab. entah sedih. entah marah.
aku tak memintamu untuk menjadi setia, kali ini, kekasihku. sebab tubuh kita telah membentuk ruang-ruang disparitas ke-semu-an. membuatku ingin sejenak bermastrubasi dengan beberapa kata yang ternyata juga; semu (?) dan taukah kau? aku telah membiarkan jarak untuk berdiam pada lapis kegelapan. aku tak pernah mengajaknya untuk berbicara. menyentuh apalagi mengusiknya. tidak, kekasihku. sebab dengan sendirinya ia akan menyingkapkan maknanya.
aku tak memintamu untuk menjadi setia, kali ini, kekasihku. sebab aku tak mempercayai garba pernikahan. terlebih lembaga yang mengaturnya. penghulu yang mensakralkannya. saksi yang menyetujuinya. tidak, kekasihku. mereka adalah manusia. lelaki-perempuan dan menikah dan tak pantas untuk dimintai setia dan meminta kita untuk setia atas kultus tuhan dan agama. lihatlah mempelai lelaki itu. ya, ia akan segera mengulangi beberapa kalimat dari seorang pendeta atau penghulu yang akan membacakan beberapa naskah atau semacam wahyu. tidak, aku tak menyebutnya itu sebuah janji. sebab janji tak untuk diucapkan.
aku tak memintamu untuk setia, kali ini, kekasihku. sebab agama telah memihakmu dan kebebasanku adalah nyala api dari para iblis. atas kehendakmu, kesetiaan hanya mampu bertumpu di atas tempat tidur ketika pertemuan kelamin siap untuk di asah dan di adu.
aku tak memintamu untuk setia, kali ini, kekasihku. sebab aku telah membiarkan jarak untuk tetap semakin lekat dengamu. agar kau selalu merindukanku. agar kau selalu memberikanku sebuah kabar. tidakkah jarak menjadikan kita begitu virtual? iya, seperti kematian yang akrab di tubuh kita ini.
kau tahu itu
aku tak memintamu untuk setia, kali ini, kekasihku
0 comments:
Post a Comment