sial !
para orator memadati sesak udara (lagi)
perutnya mengisi gelembung-gelembung suara
ditengah kumpulan hitam kebakaran
bunyi guntur barangkali, menyesakkan degup
kenapa harus menggerutu?
aku hanya ingin menyelesaikan bacaanku
adakah bunyi lebih nyaring ketimbang busa-busa yang menempel
aku hanya ingin menyelesaikan bacaanku
adakah bunyi lebih nyaring ketimbang busa-busa yang menempel
di garis bibir?
membarah kaki busuk kucium
dan perut yang terus mendera keributan
asu ! seseorang berteriak
seseorang lain melantunkan doa dan menyelundupkan tuhan di balik tubuhnya
dan seseorang lain lagi menembaki kepalaku
kupinta hujan pada satu bait puisi di kaca jendela
dan kiranya akan membuat sebuah percakapan kepada kekasihku
malam itu
saat aku melipat tubuh di ujung bukuku
sialan!
kenapa tuhan tak meminta kita mati?
sialan!
kenapa tuhan tak kunjung bosan?
kanan mataku mengerling pada ujung jari kisut
oh, betapa cantik jemarinya terawat usia
saat ia menanyakan nama dan alamat rumahku
kudapati wajahku di balik jemarinya
0 comments:
Post a Comment