dua tiga pagi

/ /
dua tiga pagi selepas aku meniupkan puisi di bibirmu lekat-lekat. beberapa lembar buku telah kau curi dengan ciuman-ciuman yang telah kuperam dekap-dekap. aku memanggil lirih namamu sementara dengkurmu telah membuat sebuah keributan di kepalamu sendiri. aku mengendap cekat sekedar memiuhkan tubuhku dengan kepalamu. dan menelannya ke dalam kerongkonganku sedemikian rupa sehingga ketika matahari sibuk meneriakkan suaranya aku masih terjaga bersama ciuman-ciumanmu pada satu kaleng biskuit di atas meja. aku sedang tak ingin membuat sebuah percakapan dengan para hantu di dinding kamarmu. masih ingatkah kau tentang sekotak suara? 
aku hendak menanyakanmu dimana kau menyimpannya. namun kau masih bermanuver dengan keributan yang semakin genderang. malam itu hanya menggantung udara dan redup pijar yang membalut tubuhku dengan wangi suara di dalam sebotol shampo di kamar mandimu.  aku tahu dinding-dinding hantu kamarmu telah menyembunyikannya beberapa bagian dari dirimu dan betapa esok hari ketika tubuhmu tak meninggalkan satu suara pun di kepalamu kecuali keributan itu sendiri. 

-----

mereka telah mencurinya dan hanya menyisakan endapan kering di tubuh kami. sementara kaki-kaki ini begitu  ingin merayakan pesta api di tengah laut. mengarungi ruap-ruap nadi bersama kanak-kanak kami. dan lihatlah jejak tapak tumbuh semakin nyata dan menderap.

-----

dua tiga pagi. menciummu tanpa ciuman. memelukmu tanpa likat pelukan. menyetubuhimu tanpa tubuh. aku inginkan pulang.

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 fragmenhujan, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger