/ /
"Adakalanya teleponku berdering dan adakalanya kuterima undangan seorang laki-laki tertentu karena keinginanku untuk menemukan kebenaran dan belajar tentang hidup dan manusia. Ini juga suatu usaha untuk menyingkirkan kesepian. Kusadari bahwa aku tidak mungkin hidup dalam diriku sendiri, tanpa orang lain. Jika aku menulis untuk diriku sendiri, aku akan tercekik oleh kata-kataku sendiri. Jika aku berbicara sendiri, suaraku tak bisa melakukannya. Jika kulihat wajahku setiap saat, aku akan gila. Namun aku selalu lari dari orang lain. Aku suka sekali menghilang jauh dari mereka tapi hal ini kulakukan agar aku tetap mereka ingat. Kubuat jarak agar aku dapat tetap dekat, kupisahkan diriku dari mereka agar hubungan dapat tetap dijaga. Dan itulah dilemaku. Aku ingin menjadi sesuatu yang terpisah dan pada saat yang sama aku ingin menjadi bagian tak terpisahkan dari orang lain. Pertentangan ini mencabik-cabikku, memecahku menjadi dua bagian, satu bagian dalam diriku sendiri jauh dari orang lain, sedangkan yang lainnya di luar diriku dalam hati orang lain. Satu bagian senyap dan tak bergerak dan memperhatikan gerak yang lain. Akukah itu yang mengamati orang lain atau orang lain itu yang mengamatiku? Yang mana dari kami yang tidak bergerak dalam raung dan waktu dan yang mana yang bergerak dalam waktu dan di atas bumi?"
"Pernah sekali kau katakan kepadaku bahwa aku adalah seorang perempuan yang kuat. Yang benar adalah aku tidak selalu kuat. Kadangkala kubiarkan tanganku menyerah. Kadangkala aku merasa diriku hilang bagai sebuah bintik kecil dari cengkeraman gelora yang besar luar biasa yang memangsaku seperti juga nasib dan aku merasa tak mampu melakukan apa-apa atas kehendakku atas pilihanku sendiri, dan tak mampu bertahan pada kebenaran dan kenyataan. Pernah sekali kau tanya kepadaku mengenai mimpi-mimpiku. Sebenarnya, hampir selamanya aku hidup dalam mimpi-mimpiku karena aku dapat memilih dan mengubah mimpi-mimpi itu, sedangkan kenyataanlah yang mengubahku bukan atas pilihanku sendiri. Aku tidak lagi melihat kenyataan sebagai sesuatu yang nyata kecuali kenyataan itu berakar dalam mimpi-mimpiku. Kuakui kepadamu bahwa bawah sadarku lebih kuat daripada pikiran sadarku dan hampir selamanya aku tunduk pada bawah sadarku."  
Nawal El Saadawi - Sepucuk Surat Cinta Modern 

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 fragmenhujan, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger