skip to main |
skip to sidebar
Dari perselisihan-perselisihan di kalangan kami di penjara, orang akan mengira bahwa kami saling terpisah oleh samudra-samudra perbedaan, dan bahwa masing-masing kami merupakan pulau tersendiri. Pertengkaran mungkin jadi semakin sengit, namun segera kami merapatkan kembali jajaran kami, barisan utuh dan tegar, menghadapi satu-satunya kekuasaan yang telah menempatkan kami di balik terali.
Nur merupakan satu-satunya penganut Kristen di antara kami. Ia ditahan di antara kelompok-kelompok Koptik dan Nasrani lain yang diciduk. Ia seorang gadis 20 tahun, halus dan pemalu, yang sama sekali tak berhubungan dengan pekerjaan politik atau keretakan sektarian - karena itulah tuduhan-tuduhan yang dikenakan pada barang siapa yang termaksut suatu kelompok oposisi. Kami saling bertanya, andai kata negara menuduh orang-orang yang mereka penjarakan ini ikut mendorong keretakan sektarian dan menyebarkan kebencian dan rasa dengki di kalangan penduduk serta antara sektor-sektor penduduk, mengapa mereka mengumpulkan semua orang tersebut dalam satu sel? Apa sebab mereka menggabungkan aktivis Muslim dengan aktivis Kristen, dan yang 'kiri' dengan yang 'kanan'? Apakah para penguasa berharap agar ada di antara kami akan menghancurkan yang lain di dalam penjara? Namun yang terjadi malah sebaliknya. Di kalangan kelompok kami timbul kerukunan. Di dalam penjara, tercapai pengertian antara semua bentuk oposisi. Sekonyong-konyong keluar perintah: pemisahan penganut Muslim dengan yang Kristen, serta pemenjaraan masing-masing kelompok dalam sel-sel terpisah.
Dengan serius kami duduk bersama tanpa mengucapkan sepatah kata. Dalam keheningan itu kami sadar akan hakikat masalahnya. Peraturan pemenjaraan yang mutakhir bukanlah dikeluarkan karena khawatir akan perpecahan sektarian, melainkan karena takut akan timbulnya persatuan nasional.
Nawal El Saadawi - Catatan Dari Penjara Perempuan
0 comments:
Post a Comment