
aku ingin mengencanimu tanpa sebuah nama. sudah hampir pukul sembilan dan wangi rambutmu mengundang pukau ke dalam debar yang merambat di setiap detik yang mendekap. ada guratan kopi tipis pada tiap-tiap lembaran kertas kosong di atas meja. aku membubuhi angka sembilan sebagai bentuk memori yang merasuki kedalamnya sebuah permulaan di atas sabit yang melekat. kemudian meleburkannya bersama kursi, meja, dan perbincangan kecil yang tak dapat aku dengar dengan pasti. aku mengenalnya, laki-laki ini, melalui disparitas percakapan yang nampak begitu virtul. laki-laki yang menampung cerita ke dalam sebotol bir dengan teguknya yang begitu sunyi dan sumir. senyumnya mengeburkan antara iblis dan malaikat. namun siapa sanggup membedakan keduanya? laki-laki ini memiliki kelihaian untuk dapat menyambungkan kekuatan parsial melalui perpaduan bahasa dan tubuhnya. antara domba dan singa. mars dan alien. kucing dan harimau. laki-laki ini nampak tak begitu berbeda dengan rekan-rekannya. sebab laki-laki ini tak menyadari, bahwa suatu ketika bibirnya pun dapat mengeluarkan bunyi gelembung busa yang lebih besar. dan jauh lebih besar. barangkali, laki-laki ini sedang membicarakan dirinya sendiri. sebab nama telah menempel ditubuhnya. oleh karenanya laki-laki ini membuat tubuhnya menjengkalkan jarak puluhan kilometer dari sepi. laki-laki ini tak mampu menyelam ke dalam dasar-dasar karang terselubung.
aku ingin mengencanimu tanpa sebuah nama. sebab cinta terlalu sempit untuk dapat kau terjemahkan kepada semesta. aku ingin memagut dan mencuri sedikit namamu dan melemparkannya jauh-jauh ke dalam lubang tak berdasar. aku hanya ingin mengencanimu tanpa sebuah nama.
lalu biarkan ia terbang bersama angin menuju tempat-tempat rahasia
0 comments:
Post a Comment