uap di kamarku berusaha menarik ujung jari kakiku pada sudut tembok berlapuk kapas berwarna kehitam-hitaman. aku terjaga membuka dua kepak daun dan membiarkan seeokor serangga menikmati makan malamnya. kuseduh secangkir teh hangat lalu mereguknya ke dalam lorong-lorong nadi. kutemukan di dasar cangkir seeokor ikan sedang kehilangan suara dan bibir-bibirnya mengatup-ngatup seperti air mendidih dari dalam tenggorokan; kemarin aku melihat seekor kuda berseragam bersama tikus berukuran besar di belakangnya. bunyi nyaring busuk membuat gendang telingaku membegkak dan ingin sekali aku pecahkan kepalaku untuk memaki-makinya.
hujan tak selamanya ramah dan angin berlomba-lomba membuat sebuah perayaan. barisan jalan membentuk titian lingkar tujuan. seorang pedagang mangkir untuk berjualan karena hujan menjamah begitu terburu-buru. membuatnya ingin menenggelamkan tiap-tiap helai rambut ke dalam semangkuk sup. dan bunyi nyaring busuk tetap membuat gendang telingaku semakin membengkak.
0 comments:
Post a Comment